Ads 468x60px

Labels

Wednesday, November 10, 2010

cerita pendek

FIKTIF

                “Apakah selamanya politik itu kejam, apakah selamanya politik itu kejam.” Suaranya nyaring melantunkan lagu favoritnya itu. Hebat,pikirku. Tanpa kedua matanya ia bisa memainkan gitar itu dengan apik. “Penjilat, penindas, pengecut, memperkosa hak-hak sewajarnya” lanjutan bait sang penyanyi itu. “Permisi.” Seorang penumpang menyenggolnya. Tapi  ia nampak tak terganggu, sang penyanyi itu terus melanjutkan nyanyiannya. Seiring dengan lantunan suaranya angan ku terbang melayang mencari-cari peristiwa yang mungkin terjadi.
               

“ Ada urusan apa anda datang kemari??” seorang yang berdasi hitam dengan tubuh gempal itu berbicara pada tamunya yang berperwakan lebih kecil tetapi sama perlentenya.
“ Ah,tak apa aku hanya ingin meminta sedikit balas budi. “ senyum sinis terpancar dari wajah si kecil.
“ Hahahaha..Apa katamu?? Balas budi?? Memang apa yang kau lakukan terhadap ku?? “
“ Lupakah kau?? Aku yang membuat kasus mu menang di pengadilan. “
“ Kasus?? Banyak kasus yang kulalui dan aku selalu menang. Dan aku tak pernah pelit, aku selalu menutup hati para jaksa itu dengan uang ku yang berlimpah. “
“ Ya. Tapi aku ingin meminta lebih untuk yang satu ini. Kau tau apa yang ku korbankan??sumpah ku terhadap Negara dan Tuhan ku.Ah sudahlah itu tak masalah, langsung ke inti saja. Aku ingin kau menutup mulut para penyidik. Mereka sedang menyelidiki aku tentang kasus penggusuran tanah warga oleh mu. “ Tiba-tiba pintu terbuka dan sudah ada seorang penyidik di balik pintu itu. “ Tenang lah kalian berdua. Aku ini orangnya bisa di ajak kompromi.” Penyidik itu menatap kedua lawannya.
Si gempal berdiri dan mempersilahkan duduk, lalu ia memulai pembicaraan “ Jadi berapa yang kau minta??” Si penyidik tersenyum “ Tak banyak 500 juta sudah cukup mengamankan kalian.” Si kurus menatap kearah si gempal matanya memelas,dalam hatinya berkata, cepat berikan uang itu padanya. Si gempal tertawa kecil “ oh, hanya segitu yang kau pinta. Itu sih persoalan mudah.” Dia pun mengeluarkan cek dari dalam sakunya dan menuliskan sejumlah uang yang dipinta kepadanya.

                “ Maling teriak maling sembunyi balik dinding, sikut menyikut, lawan lengah diterjang,kesana kemari mencari kambing hitam” suara nyaring yang melantunkan lagu itu membangunkan ku dari lamunan. Yah..Mungkin orang ini salah satu dari rakyat yang terkena racun para penguasa itu pikirku.
Mataku menatap dalam wajah sang penyanyi itu dan hembusan angin membawa pikiran ku terbang jauh.

                “ Wahai para penguasa jangan kau semena-mena pada kami. Kami ini manusia yang derajatnya sama dengan mu dihadapan Nya. “ Teriak seorang wanita menatap tanah nya yang digusur,padahal jelas-jelas tanah itu milik nya. Hanya karena dia tidak mau menjualnya pada perusahaan itu sekarang dia jadi kehilangan segalanya. Pergi menyeret kakinya, ia tak berdaya, hanya mampu memanjatkan doa “ ya tuhan kami, Balas lah mereka dengan balasan yang setimpal. “
                Di sebuah gedung bertingkat mewah“ Hahahaha..Akhirnya aku bisa mendapatkan tanah ini. Apa aku bilang,tak ada yang tak bisa aku dapatkan, aku ini dewa yang berkuasa. “ Ucapnya puas sambil membusungkan dadanya. “ Pak maaf mengganggu. “ Seorang bawahan memasuki kantornya dengan wajah pucat ketakutan. “ Ada apa??”
“ Itu pak, ada perusahaan yang hendak mengambil proyek kita terhadap tanah gusuran itu. Perusahaan itu berani membayar lebih banyak pada jaksa itu pak.”
“ Kurang ajar. Berani nya jaksa itu menghianati ku. Tak kan kubiarkan ini terjadi. Cepat panggilkan jaksa itu kehadapan ku!!“ ucap si gempal kepada bawahannya dengan amarah. “ Baik pak.” Bawahannya pun pergi untuk melaksanakan tugasnya.
                Keesokan harinya si jaksa datang menemui si gempal atas permintaannya. “ Ada perlu apa kau memanggilku kemari?bukankah urusan kita sudah beres? “ Tanya si jaksa pada si gempal. “ Beres kata mu? Beraninya kau menghianati ku. Apa maksudmu dengan semua ini? “ Si gempal meremas tangan nya menahan amarah. “ Maksud? Maksud ku sama dengan mu. Menambah pundi pundi kekayaan ku. Dan aku tak takut dengan ancaman apapun, karena perusahaan itu akan menjamin keselamatanku.“
Si gempal menggebrak mejanya dengan keras lalu mengusir jaksa itu.
                Malam hari itu tak bersahabat, petir bersautan satu sama lain, hujan deras turun ke bumi.
Tiba – tiba suara alarm terdengar nyaring. Si gempal yang masih sibuk di kantornya pun terkejut. “ Ada apa ini? Apakah itu suara alarm kebakaran? Tidak mungkin gedung ku ini dapat terbakar, system pengamanannya sudah begitu canggih. “
Seorang pelayan mendobrak pintu ruangan itu dan berbicara dengan terengah – engah, “ Pak, mari cepat mita tinggalkan gedung ini. Gedung ini sedang terbakar. Pemadam sedang menuju kemari. Ayo kita selamatkan diri pak. “ Si gempal terkejut apakah itu benar pikirnya,bahwa gedungnya yang mewah ini akan segera habis dilalap api?. Dia dan pelayan itu segera melarikan diri, tapi sulit rasanya karena ia berada di lantai paling atas.
                Di tempat lain sirine polisi mengaum mendekati rumah sang jaksa. “ Ada apa ini?” Tanya sang istri kepada suaminya. “ Polisi sedang menuju kemari. Ayo cepat kita pergi menyelamatkan diri.”
Si jaksa beserta istrinya melarikan diri lewat pintu belakang, seketika mobil truk melintas dengan kecepatan tinggi tepat di depan mereka.

                “ Ya terimaksih kepada para penumpang yang telah mengijinkan saya bernyanyi, terimakasih banyak kepada bapak supir dan kondektur yang telah memberikan tumpangan. Semoga kita semua diberi keselamatan. “ Nyanyiannya terhenti dan aku pun kembali ke kenyataan. Sang penyanyi itu menengadahkan topinya mengharap receh dari para penumpang. Setelah berkeliling bus, dia pun turun di suatu tempat, entah akan kemana tujuannya tapi semoga dia mendapatkan yang terbaik.

2 komentar:

 

Sample text

Sample Text